Volume 5 –
Perkiraan Jarak Antara Dua Insan – It walks by past
· Chapter 2:
Teman yang Perlu Dirayakan
3. Sekarang: 6.9km; 13.1 Lagi
Jalannya terus lurus dengan lereng yang jarang terlihat. Aku
melihat sebuah gunung kecil dari kejauhan, dan karena aku tahu rute lari ini,
aku juga tahu kalau nantinya aku akan mendaki gunung tersebut. Karena bisa
melihat seluruh rute perjalanan sembari berlari pada jalan yang panjang dan
datar ini, maka kita akan hafal dengan sendirinya.
Aku tidak berpikir apa pun saat aku menuruni lereng tadi.
Niatnya aku ingin memikirkannya lagi setelah melewati daerah perbukitan sambil kembali
berjalan, akan tetapi muncul sebuah masalah yang tak terduga. Aku bisa melihat
seluruh jalan di depan dengan sangat jelas. Meskipun para siswa SMA Kamiyama
berlari di depan dan juga sisi belakangku, sangat terlihat kalau aku
satu-satunya siswa yang berjalan dengan acuh. Karena sedikit memalukan, maka
aku pura-pura berlari dengan kecepatan yang masih bisa membuatku berpikir
dengan tenang.
Bagaimanapun juga, aku juga menyadari suatu hal disebabkan
jalan yang begitu terbuka dan jelas. Terlihat di depanku ada sebuah sepeda
gunung yang sudah tak asing lagi untukku. Aku ingin tahu apabila ada masalah. Wakil
ketua OSIS Satoshi Fukube berhenti di sana, agak jauh di depanku.
Aku memasukkan tangan ke saku. Lalu memanggilnya sambil
mempercepat langkahku ketika dia sedang berdiri dari kejauhan.
Kelihatannya kendala yang dihadapi Satoshi sudah diatasi karena
dia mengobrol dengan gembira bersama anggota OSIS lainnya. Jarak antara kami
berdua masih ada sekitar sepuluhan meter lagi ketika aku sadar dia kembali
menaiki sepedanya. Saat aku berpikir sudah gagal untuk mengejarnya, akhirnya
dia menengok ke belakang, melihatku. Sepertinya dia pun tidak punya urusan yang
mendesak karena dia berdiri begitu saja di sana menungguku.
“Hey Houtarou. Aku tak terkejut
karena kau pun sudah mengatakannya kepadaku, tetapi kau memang sangat lambat.”
Aku berhenti berlari tepat di
sampingnya, lalu perlu dua atau tiga tarikan nafas. Saat kami berdua jalan
berdampingan, Satoshi memisahkan diri dari anggota OSIS lainnya lalu aku mulai
bicara.
“Kukira sekarang kau sudah jauh di
sana.”
Satoshi mengangkat bahunya sambil
mendorong sepeda gunungnya.
“Jika sedari tadi aku mengayuhnya
dengan sungguh-sungguh, maka sekarang aku sudah sampai di garis finish.”
“Kau secepat itu, ya?”
“Tidak, sih. Barusan cuma ingin pamer.
Mungkin aku akan berada di sekitar Jinde.”
Aku merasa dia masih
melebih-lebihkan, tetapi aku biarkan saja tanpa membicarakannya lebih jauh.
Satoshi melihat ke belakang sepintas, kemudian mendesah kecil.
“Aku tidak berpikir kalau hari ini
akan berakhir tanpa ada sesuatu yang terjadi, tetapi tetap saja…”
“Apakah ada kecelakaan?”
“Intinya, ada siswa yang kakinya
terluka sampai tidak bisa bergerak. Jadi aku menelpon guru dan dia membawa
siswa tersebut.”
Dia lalu mendekatkan kepalanya dan
berbisik.
“Hanya dengan melihat aku memang
tidak tahu, tetapi aku tidak begitu yakin kalau kakinya benar-benar sakit.”
Aku sudah sedikit menduganya.
“Oh benarkah? Apa kau juga berharap kalau
semua siswa akan berlari melewati rute yang seharusnya tanpa sedikit pun curang?”
Ketika aku mengatakannya dengan nada
mengejek, Satoshi mengangkat alis matanya.
“Tidak mungkin aku berpikir seperti
itu.”
“Kau tidak perlu menjawabnya dengan
tegas seperti itu.”
“Jika ada siswa yang bisa menghindar
dari pengawasan OSIS dan menemukan jalan pintas, aku akan benar-benar salut
kepada mereka, akan tetapi mereka… meskipun bukan melakukan hal yang baik, tetapi
mereka seakan-akan melakukan perbuatan yang membanggakan. Jika mereka melakukan
hal seperti itu, para guru akan datang dengan mobil dan menjemput mereka. Ada
yang benar-benar sakit, tetapi bagi mereka yang hanya berpura-pura, tentu saja aku
tidak bisa memuji perbuatan yang begitu buruk. Aku harap semoga mereka bisa memilih
cara yang lebih baik.”
Ada seribu siswa SMA Kamiyama.
Masalahnya tidak hanya satu. Mungkin bagaikan orang yang sedang bernafas.
Satoshi melihat sepintas jam
tangannya.
“Jujur saja, sekarang aku sudah jauh
dari jadwal yang seharusnya. Aku ingin segera bergegas, jadi apakah ada sesuatu
yang ingin kau tanyakan, Houtarou?”
Aku tadinya sibuk menyiapkan
pertanyaan dengan asumsi kalau yang pertama aku temui adalah Chitanda, meskipun
bertemu dengan Satoshi terlebih dahulu malah benar-benar sebuah keberuntungan.
Pengetahuannya Satoshi sangat luas dan beragam dibanding dengan diriku, andai kata
tidak begitu, aku tetap bersyukur untuk bisa melihat sudut pandang orang lain
dalam hal ini.
Ada dua hal yang ingin aku katakan,
atau lebih tepatnya, aku tanyakan.
“Begini. Aku ingin kau mendengarkan cerita
yang murni hanya hipotesis semata.”
“Ada pembukaannya segala ya? Buatku
tak masalah. Katakan saja.”
Aku menyusun pemikiranku sembari
berjalan. Sepertinya lumayan baik.
“Misalkan aku bicara, ‘Ini cuma
perkataan temanku saja, tetapi kalau dipikir-pikir, agak tidak adil kan kalau
anggota OSIS tidak diwajibkan untuk berlari’, bagaimana menurutmu?”
Cukup lama Satoshi memandangku,
sampai akhirnya menjawab dengan nada serius yang tidak seperti biasanya ia
lakukan.
“Jadi itu yang sebenarnya kau
pikirkan, ya? Memikirkannya akan membuatku kecewa.”
“Lakukan saja pekerjaanmu. Aku tidak
bisa memikirkan hipotesis-hipotesis lainnya.”
“Tentu saja, tepat seperti apa yang
sedang aku lakukan sekarang, mengatakan padamu apa yang ada di benakku. Memang,
sepenuhnya masih hipotesis.”
Karena aku terus terdiam, Satoshi
menganggap aku tidak punya pertanyaan lagi dan menaiki sepeda gunungnya. Dia
menyamakan kecepatan mengayuhnya dengan kecepatan berjalanku, lalu kembali
berkata.
“Aku mengatakan ini hanya untuk
memastikan kalau kau mengetahuinya, Houtarou, kalau aku benar-benar menyukai
perempuan seperti Oohinata. Tentu saja, bukan dalam konteks seperti ‘itu’ jika
Mayaka mendengar perkataanku barusan.”
“Aku tahu.”
Seakan-akan aku mengatakan itu tadi hanya
untuk membuat hatinya senang, dia mulai menambah kecepatan kayuhannya.
Aku memanggilnya dari belakang.
“Satoshi.”
“Ya?”
Satoshi mengerem sepedanya kemudian
berbalik.
“Ada yang lain lagi?”
“Tidak…”
Aku merasa ragu untuk mengatakan apa
pun.
Ada satu hal yang ingin kupastikan
kepada Satoshi, tetapi aku tidak bisa mengatakannya.
Karena bagaimanapun juga, rasanya aku
tidak bisa mengganggu Satoshi saat dia sedang sibuk seperti ini.
Aku hembuskan nafasku lalu bertanya.
“Pertanyaan ini tentang bahasa
Jepang. Jika seseorang dimiripkan dengan bodhisattva di sisi luarnya, maka di
sisi dalam orang tersebut dimiripkan dengan apa?”
Ketika dia mendengar itu, dia
bergumam di balik nafasnya. Aku tidak begitu jelas mendengarnya, tetapi mungkin
sesuatu seperti, “Mayaka tidak memberitahuku apa-apa tentang itu.” Dia tidak
sedang menjelekkan Ibara. Tetapi, sepertinya Mayaka memang merasa tidak perlu
memberi tahu ke Satoshi apa yang Oohinata katakan persis kata per katanya.
Tepat seperti yang kuduga, Satoshi mengetahui
arti ungkapan kata tersebut. Dia tentu mengetahuinya dibanding seseorang dengan
ingatan lemah sepertiku.
“Ada sebuah ungkapan apabila
seseorang mirip dengan bodhisattva di sisi luarnya, maka ada juga siapa mereka
di sisi dalamnya. Mereka akan mempunyai hati seperti seorang yaksa.” (Roh dalam
agama Hindu dan Budha. Di sini mengacu ke sesuatu seperti setan.)
Lalu untuk meringankan suasana, ia
menambahkan dengan sebuah candaan.
“Bagaimanapun juga, setauku, Chitanda
tidak punya apa pun untuh buah delima.” (Referensi dari mite Hariti, cerita
dimana seorang wanita menculik anak-anak dari wanita lain untuk bisa memberi
makan ratusan anaknya. Setelah didekati dan mendapatkan pencerahan dari Budha,
dia berjanji hanya akan makan buah delima, bukan daging anak kecil lagi.)
7 Comments
Nice blog ;) berharap bisa lanjut terus, semangat buat penerjemahnya
ReplyDeleteOkey bruh thanks!
DeleteSiiiippp gan, SEMANGAT & LANJUTKAN.... DITUNGGU CHAPTER SELANJUTNYA... 👍👍👍👍
ReplyDeleteNantikan gan, lg tahap pengerjaan wkwk
DeleteGan! ane boleh minta LN yang englishnya ? mo coba bantu terjemahin soalnya udah kagak sabaran nunggu rilisnya.
ReplyDeleteSilakan gan! Liat aja di laman index terjemahan hyouka di blog ini(deretan bagian atas). Aku nyantumin sumber Englishnya kok, tentu bukan punya aku.
DeleteMin lanjutanya dah ada blm?
ReplyDelete